Total Tayangan Halaman

Selasa, 17 Desember 2013

LARANGAN KENCING DALAM AIR YANG MENGGENANG TIDAK MENGALIR




النهي عن البول في الماء الراكد

حديث أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: لاَ يَبُولَنَّ أَحَدُكُمْ في الْمَاءِ الدَّائِمِ الَّذِي لاَ يَجْرِي ثُمَّ يَغْتَسِلُ فِيهِ أخرجه البخاري في: 4 كتاب الوضوء: 68 باب البول في الماء الدائم

161.              

Kamis, 12 Desember 2013

15 CARA MENCERDASKAN ANAK


   



Kata “Pintar” memang banyak dicari dan diperlukan orang, apalagi untuk buah hati kita. Pintarnya seorang anak bisa dibilang sebuah anugerah yang diberikan kepada anak tersebut. Tapi perlu diketahui juga, ternyata faktor yang mempengaruhi kepintaran seorang anak juga ditentukan oleh lingkungannya.

Banyak faktor yang bisa membuat anak menjadi lebih pintar, tentunya selain dengan belajar di sekolah. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membuat anak menjadi lebih pintar, antara lain :

1. Bermain permainan yang berpikir
Catur, teka-teki silang dan sudoku selain menyenangkan juga mendukung strategi berpikir anak-anak, bagaimana cara menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan yang kompleks.

2. Bermain musik
Bermain musik selain menyenangkan juga bisa merangsang pertumbuhan otak kanan. Menurut sebuah studi di Universitas Toronto, diadakannya pelajaran musik bisa memberikan keuntungan dalam meningkatkan IQ anak dan performa akademisnya. Semakin lama waktu yang digunakan untuk bermain musik maka efek yang dihasilkan juga semakin besar.

3. Pemberian ASI
ASI merupakan makanan otak yang paling dasar. Peneliti secara konsisten terus menunjukkan berbagai macam keuntungan ASI yang behubungan dengan pertumbuhan bayi. Anak yang mengkonsumsi ASI eksklusif akan memiliki tingkat kepintaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang mengkonsumsi ASI hanya beberapa bulan saja.

4. Membiasakan berolahraga
Para peneliti di Universitas Illinois menunjukkan hubungan yang kuat antara kebugaran dan prestasi akademik di antara anak-anak sekolah dasar. Semakin bugar badan sang anak maka kemampuan dalam menerima pelajaran juga meningkat. Sebaiknya mendorong anak untuk terlibat dalam aktivitas fisik atau organisasi olahraga tertentu sesuai dengan minat anak.

5. Menyingkirkan makanan siap saji
Mengurangi asupan gula, lemak trans dari makanan siap saji dan menggantinya dengan makanan bergizi tinggi yang baik untuk perkembangan mental anak usia dini serta berfungsi dalam perkembangan motorik anak pada usia 1-2 tahun pertama. Contohnya anak-anak memerlukan zat besi untuk perkembangan jaringan otak yang sehat, anak yang kekurangan zat besi akan lambat dalam menerima rangsangan.

6. Mengembangkan rasa ingin tahu
Para ahli mengatakan orang tua yang menunjukkan rasa ingin tahunya pada anak akan mendorong anak untuk mencari ide-ide baru, sehingga merangsang anak untuk berpikir. Mengajari anak keterampilan baru serta pendidikan di luar rumah juga bisa mengembangkan rasa ingin tahu anak dan intelektualnya.

7. Budayakan membaca
Membaca adalah cara yang paling mudah untuk meningkatkan pembelajaran dan perkembangan kognitif anak-anak dari segala usia. Cara ini bisa dimulai dengan sering membacakan anak dongeng sebelum tidur dan sering-seringlah memberikan anak hadiah buku yang bisa menarik perhatiannya.

8. Mengajarkan kepercayaan diri
Orang tua sebaiknya meningkatkan semangat dan optimisme anak-anak. Berpartisipasi dalam tim olahraga atau kegiatan sosial akan membantu meningkatkan kepercayaan diri sang anak diantara teman-temannya.

9. Memberikan sarapan yang sehat
Para peneliti meyakinkan bahwa mengonsumsi sarapan yang sehat akan meningkatkan memori dan konsentrasi anak dalam belajar. Anak-anak yang tidak dibiasakan sarapan cenderung lebih mudah marah dan kurang konsentrasi pada waktu belajar, sementara anak yang sarapan akan tetap fokus dan bergerak selama jam sekolah.


Kamis, 24 Oktober 2013

solat berjamaah

ada 4 hukum tentang solat berjamaah

Minggu, 01 September 2013

Prestasi Belajar Matematika



            Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah (1994 : 21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
            Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

            Menurut Slameto (1995: 2) bahwa prestasi  belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian prestasi  belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari aktivitas prestasi  belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan menurut Nurkencana (1986: 62) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi  belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam prestasi  belajar.
                        Prestasi   belajar diperoleh dari hasil  belajar siswa yang  diukur dengan menggunakan alat evaluasi yang biasanya disebut tes hasil prestasi  belajar. Sedangkan prestasi  belajar matematika yang dikemukakan oleh Hudoyo (Hudoyo, 1990) ,adalah gambaran tingkat penguasaan siswa dalam prestasi  belajar matematika yang terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil prestasi  belajar matematika. Oleh karena itu, prestasi  belajar dapat dicapai melalui proses  belajar mengajar yang melibatkan siswa dan guru.
Prestasi belajar matematika bukan sekedar bisa dilihat dari sudut yang sempit tersebut. Bahwa nilai ujian bukanlah sebuah ukuran, apakah seorang anak bisa dikatakan memiliki prestasi dalam bidang pelajaran matematika.
Pada dasarnya, dalam proses  pembelajaran matematika prestasi ada beberapa kriteria sebagai alat ukur keberhasilan pendidikan. Ada tiga elemen yang menjadi sebuah indikator apakah seorang anak sudah mampu menguasai pelajaran matematika atau belum. Hubungannya dengan ketiga elemen tersebut  Lerner dalam Abdurrahman  mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup, 1) konsep, menunjukkan pada pemahaman dasar, 2) keterampilan, menunjukkan pada sesuatu yang dilakukan oleh seseorang, dan 3) pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan (Abdurrahman, 2009: 253). Sedangkan menurut  Kadir  adalah:
a)      Pemahaman konsep. Siswa mampu mendefenisikan konsep, mengidentifikasi dan member contoh atau bukan contoh dari konsep.
b)      Penalaran. Siswa mampu memberikan alasan induktif dan deduktif.
c)      Pemecahan masalah. Siswa diajak untuk mengaplikasikan semua teori matematika yang dipelajarinya ke dalam kasus nyata yang ada di sekitarnya.
d)     Komunikasi. Siswa mampu menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan.
e)      Prosedur. Siswa mampu mengenali prosedur atau proses perhitungan yang benar dan tidak benar. 
      Selanjutnya, Djaali (1989 : 18) mngemukakan bahwa pada hakekatnya prestasi  belajar matematika adalah suatu aktivitas untuk memahami arti dari hubungan-hubungan dan simbol-simbol kemudian menerapkan konsep-konsep yang dihasilkan ke situasi nyata.
      Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hakekat prestasi  belajar matematika adalah suatu aktivitas mental yang tinggi untuk memahami arti dari struktur-struktur, konsep-konsep kemudian menerapkannya pada situasi nyata sehingga terjadi pengetahuan dan keterampilan.

Jumat, 01 Maret 2013

KEPALA SEKOLAH YANG PROFESIONAL


Kepala
sekolah dan guru-guru adalah tenaga profesional yang memiliki keahlian khusus
dan pengalaman profesional dalam penyelenggaraan sekolah dan pembelajaran.
Kapasitas profesional dan proses validasi empirik merupakan esensi otonomi
profesional.
Tenaga profesional di sekolah adalah
orang-orang yang memiliki kewenangan otonomi profesional yang  juga
mengandung makna kemampuan menterjemahkan kebijakan pemerintah
(standar-standar) dan ketentuan lainnya sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan anak didik dan stakeholder lainnya
Menurut
Slamet (2000 : 50) kepala sekolah tangguh adalah kepala sekolah yang mempunyai
karakteristik : (1) visi, misi, strategi, (2) kemampuan mengkoordinasikan dan
menyerasikan sumber daya dengan tujuan, (3) kemampuan mengambil keputusan
secara terampil, (4) toleransi terhadap perbedaan pada setiap orang, tetapi
tidak toleran terhadap orang-orang yang meremehkan kualitas, prestasi, standar
dan nilai-nilai, (5) memobilisasi sumber daya, (6) menggunakan input manajemen,
yaitu meliputi : tugas yang jelas, rencana yang rinci, program yang mendukung
bagi pelaksanaan rencana yang rinci, program yang mendukung bagi pelaksanaan
rencana,aturan yang jelas sebagai panutan untuk bertindak dan sistem
pengendalian mutu yang efektif dan efisien, (8) menjalankan perannya sebagai
manajer, memimpin, pendidik, wirausahawan, regulator, penyedia, pencipta iklim
kerja, administrator, pembaharu dan pembangkit motivasi, (9) melaksankaan
dimensi-dimenti tugas, proses lingkungan dan keterampilan personal, dan (10)
menggalang team work yang cerdas dan kompak, (11) mendorong kegiatan-kegiatan
yang kreatif, (12) menciptakan sekolah belajar, (13) menerapkan manajemen
berbasis sekolah, (14) memusatkan perhatian pada pengelolaan belajar mengajar
dan memberdayakan sekolah.